Senin, 13 Agustus 2012

Terima Gratifikasi PNS Agar Lapor Bupati


Bupati Purworejo Drs H Mahsun Zain Mag memerintahkan kepada pejabat dan pegawai di jajarannya, agar segera melaporkan  apabila menerima gratifikasi. Hal tersebut disampaikan melalui surat edaran Nomor 451/3986/2012, yang ditujukan kepada seluruh pimpinan satuan kerja perangkat daerah (SKPD) se Kabupaten Purworejo. 

“Segera laporkan gratifikasi beserta rekapitulasi data penerimaan pelaporan gratifikasi, selambat-lambatnya 30 hari kerja kepada Bupati melalui Bagian Organisasi dan Aparatur,”katanya.

Lebih lanjut disebutkan, terhadap penerimaan bingkisan makanan yang dikhawatirkan kedaluwarsa, dapat disalurkan ke panti asuhan, panti jompo dan tempat-tempat sejenis lainnya yang membutuhkan. Namun harus tetap melaporkan ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), disertai penjelasan taksiran harga dan dokumentasi penyerahannya.

Surat edaran tersebut merupakan tindak lanjut surat Pimpinan KPK Nomor B.1827/01-13/07/2012 perihal Himbauan penerimaan Hadiah terkait Hari Raya.

Kendaraan Dinas Boleh Untuk Mudik


Bupati Purworejo Drs H Mahsun Zain MAg menyatakan bahwa kendaraan dinas boleh untuk mudik, dalam rangka perayaaan hari raya Idul Fitri 1433 H. Pertimbangannya, berdasarkan kebijakan pemerintah pusat kendaraan dinas (plat merah), harus menggunakan bahan bakar minyak non subsidi/ pertamax. 

“Dengan demikian, dimungkinkan kendaran dinas tidak akan digunakan sembarangan selama mudik,” katanya di sela-sela acara panen padi, di Desa Condongsari Kecamatan Banyuurip, belum lama ini.

Pada bagian lain  Bupati menyatakan bahwa ada tiga kekhawatiran pemerintah di masa mendatang. Yaitu kekhawatiran terjadinya krisis air, pangan dan gas atau minyak. Pemerintah Kabupaten Purworejo mulai saat ini telah mengantisipasi terhadap kekhawatiran tersebut. Upaya yang dilakukan dengan menggali potensi yang ada.

Terhadap kekurangan air, diakui sangat mungkin terjadi. Karena saat ini kerusakan hutan sudah memprihatinkan. Dijaman penjajahan Belanda dikenal adanya alas simpen, namun saat ini sudah tidak ada lagi. Bahkan banyak hutan yang gundul akibat pembalakan liar.

Hutan yang fungsinya untuk menyimpan air, kini sudah tidak ada lagi. Akibatnya banyak sumber mata air yang mati.  “Untuk mengembalikan ke kondisi semula, kita telah melakukan reboisasi, melalui PHBM,” ungkapnya.

Kekhawatiran krisis pangan, diantisipasi melalui modernisasi pertanian. Sedangkan kekhawatiran terhadap bahan bakar minyak/gas, telah diantisipasi dengan pengolahan minyak nyamplung menjadi solar (bio energy) di Desa Patutrejo Kecamatan Grabag.

Produksinya telah diujicobakan untuk menempuh perjalanan Purworejo-Cilacap-Semarang-Solo-Yogyakarta. Pada ujicoba tersebut, penggunaan bahan bakar bio lebih hemat dibanding menggunakan solar. Bila dengan solar 1 liter untuk sekitar 10 km, dengan minyak nyamplung bisa 12 km.

Diakui saat ini produksinya masih kecil, baru 200 liter per hari. Bio energy tersebut dijual Rp 8.000 per liter. “Waktu itu saya ditanya pak Gubernur, mengapa harganya sangat tinggi. Saya jawab, harga itu murah dibawah harga BBM non subsidi. Kita membeli BBM merasa lebih murah karena mendapat subsidi. Untuk kedepan akan terus dikembangkan hingga skala lebih besar,” katanya.

Ditinggal Terawih Rumah Dibobol Maling


Musibah bisa menimpa seseorang kapanpun dan dimanapun. Tak perduli walau itu dalam puasa Romadon yang penuh berkah. Setidaknya hal itu menimpa keluarga Budi Santoso (50), warga Perumahan Tentara Pelajar RT 4 RW 7 Kelurahan Pangen Jurutengah Purworejo. Kamis (9/8) malam sekitar pukul 19.00 WIB rumah pensiunan pegawai PT Pos Indonesia ini disatroni tamu tak diundang alias maling. 

Sejumlah perhiasan dan mobil Avansa berhasil dibawa kabur maling. Akibat kejadian itu Budi Santoso menderita kerugian sekitar Rp 150 juta. Informasi yang berhasil dihimpun menyebutkan peristiwa bermula saat malam itu Budi Santoso pergi sholat tarawih di masjid tak jauh dari rumahnya. Sementara istrinya, Sri Asih (48) juga sedang pergi memeriksakan anaknya ke dokter. 
Sebelum meninggalkan rumah Sri Asih sudah mengunci pintu dan jendela serta pagar besi halaman. Selain itu almari tempat menyimpan perhiasan dan sejumlah unag keperluan lebaran juga sudah dikunci dan kuncinya dibawa. "Keluar rumahnya bareng. Suami ke masjid saya ke dokter memeriksakan anak," kata Sri Asih. 

Menurut Sri Asih,, saat meninggalkan rumah dirinya melihat ada orang sedang menelpon. Sedang di bawah gapura masuk perumahan ada dua orang duduk disamping sepeda motor. Namun karena tidak curiga dengan keberadaan orang-orang itu Sri Asih mengaku langsung pergi. Masih kata Sri, saat pulang dari dokter dirinya terkejut lantaran rumahnya sudah dikerumni orang banyak. "e tidak tahunya rumah saya di bobol maling," ungkap Sri sedih. 

Pelaku yang diperkirakan lebih dari satu orang tersebut masuk rumah korban dengan cara mencongkel pintu utama. Pelaku berhasil menggasak sejumlah uang, laptop dan perhiasan. Tak hanya itu saja, tamu tak diundang itu juga berhasil membawa mobil Avansa dengan nomor polisi AA 8488 DL.Ikut dibawa pelaku STNK dan SIM yang berada di dompet. Usai melakukan aksinya para pelaku kabur melalui garasi mobil. Saat ini kejadian tersebut sedang ditangani oleh aparat Polsek Kota Purworejo.

Jumat, 10 Agustus 2012

Jelang Lebaran Masih Banyak Beredar Barang Kedaluwarsa


Menjelang Hari Raya Idul Fitri, biasanya terjadi peningkatan peredaran makanan dan minuman di pasar, toko maupun swalayan. Peningkatan tersebut juga diimbangi dengan kontrol dari dinas instansi terkait untuk melakukan pengawasan.

Hal itu disampaikan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Purworejo dr Kuswantoro MKes, saat memberikan pengarahan kepada tim terpadu yang akan melakukan pengawasan peredaran pangan. Pengarahan itu dilakukan diruang kerja Kepala DKK, belum lama ini. Tim terpadu terdiri DKK, Dinas Perindagkop, Polres, Satpol PP, dan Bagian Humas Setda.

Menurut Kuswantoro, melalui pengawasan tersebut diharapkan konsumen tidak dirugikan, sedangkan penjual atau produsen tidak melanggar aturan. “Termasuk dengan mengingatkan produsen,  akan pentingnya memiliki izin pada setiap produk pangan yang akan dipasarkan,”katanya.

Dalam operasi yang dilakukan di sejumlah toko di wilayah Kecamatan Kemiri, ditemukan minuman dalam kemasan botol yang sudah kedaluwarsa. Selain itu, juga ditemukan sirup, saos, dan pengharum minuman yang kedaluwarsa. Juga ditemukan air tawar dalam kemasan gelas yang tidak memiliki izin.

“Paling banyak ditemukan minuman dalam kemasan botol bersoda yang sudah kedaluwarsa tapi masih tetap di sajikan untuk dijual, bahkan ditaruh di lemari pendingin. Ini jumlahnya cukup banyak,” ungkap Kasi farmasi makanan minuman dan Apoteker DKK Drs Triyanto APt MKes selaku ketua tim.

Penemuan tersebut ditindak lanjuti dengan pembinaan serta penandatangan berita acara bagi penjual, agar melakukan perbaikan-perbaikan dalam berdagang. Sedangkan kepada masyarakat, dihimbau agar lebih teliti dan hati-hati setiap akan membeli produk makanan maupun minuman.

“Yang harus diperhatikan antara lain kelengkapan label yang sudah berizin, masa berlaku, kemasan bersih, jangan membeli makanan yang warnanya sangat mencolok karena dimungkinkan menggunakan pewarna yang dilarang, dan jika membeli sirup jangan yang sudah mengendap karena dimungkinkan sudah kedaluwarsa,”jelasnya.

Disamping itu Triyanto juga menghimbau kepada distributor agar ikut melindungi konsumen, dengan menjual komoditas yang baik dan sehat. “ Jangan mengaburkan informasi, kalau memakai pemanis buatan ya katakan saja apa adanya,” tandasnya.

Demikian juga bagi produsen musiman, harus memiliki izin. Untuk pengurusan izin biayanya hanya Rp 50 ribu, yang berlaku selama lima tahun. Karena dengan memiliki izin, akan dapat melindungi produsen maupun konsumen jika terjadi komplain. “Pelan tapi pasti kedepannya bagi produk makanan minuman yang tidak berizin akan diberi tindakan,”ungkapnya.

Kamis, 09 Agustus 2012

Purworejo Kembangkan Padi Situbagendit


Balai Penerapan Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Tengah mendorong petani Purworejo untuk mengembangkan benih pertanian secara mandiri. Selama ini untuk mencukupi kebutuhan benih,  masih didatangkan dari luar Kabupaten Purworejo. Akibatnya saat musim tanam, petani sering kasulitan benih. Untuk memenuhi kebutuhan dicukupi dengan menggunakan benih yang semestinya untuk konsumsi. 

Hal tersebut disampaikan peneliti dari BPTP Jawa Tengah, Ir Teguh Prasetyo MS, di sela-sela panen perbenihan padi Situbagendit, di Desa Condongsari Kecamatan Banyuurip, Rabu (8/8). Panen secara simbolis dilakukan oleh Bupati Purworejo Drs H Mahsun Zain MAg, di demplot seluas tiga hektar. Panen padi perbenihan merupakan kerja sama antara BPTP Jawa Tengah dengan Pemkab Purworejo dan PT Petrokimia.

Dikemukakan bahwa untuk keperluan tersebut, pihaknya membuat demplot perbenihan di lima titik. Yaitu di Desa Condongsari untuk padi varietas Situbagendit, Desa Ngombol padi varietas Sidenuk, Kelurahan Mranti padi varietas Impari 10. Di Kelurahan Bayem Kutoarjo benih kedelai, Desa Jrakah Kecamatan Bayan benih jagung putih.

Panen padi benih varitas Situbagendit di demplot Desa Codongsari dengan produksi 9, 47 kwintal per hektar. Produksi tersebut nantinya akan dikirim melalui produsen benih yang ada di Jawa Tengah, setelah sebelumnya dilakukan survei kebutuhan benih oleh petani. Benih tersebut telah lulus uji setifikasi sebagai padi tahan terhadap kekeringan. Benih ini dikembangkan sebagai antisipasi tahun 2013 mendatang. Dimana tahun tersebut diperkirakan wilayah Indonesia akan terkena dampat elnino, sehingga dimungkinkan akan terjadi musim kemarau yang lebih panjang.

Produksi benih padi Jawa Tengah, sambungnya, sudah terjadi surplus. Kebutuhan benih padi sekitar 43 ribu ton per tahun, sementara produksi mencapai 63 ribu ton. Pengadaannya oleh perusahaan baik swasta maupun milik pemerintah. Kebutuhan benih untuk Kabupaten Purworejo sekitar 1.325 ribu ton per tahun, dengan luas areal sekitar 53 ribu hektar. Untuk mencukupi benih sendiri, setidaknya dibutuhkan lahan sekitar 400 hektar.

“Kalau ingin bisa mencukupi benih secara mandiri, kami bersedia untuk mendampingi. Yang menjadi kendala, pengadaan benih untuk perbenihan biasanya petani sulit untuk menembus. Karena minimal keturunan pertama (F-1) dari hasil pemuliaan. Kemudian pengawasan sejak pengolahan tanah hingga panen, sehingga lulus sertifikasi. Apabila petani berkeinginan kami bersedia mendampingi,” katanya.

Ditambahkan bahwa saat ini pemerintah melalui Kementrian Pertanian ada lima bidang prioritas, untuk meningkatkan produktifitas di tahun 2014 mendatang. Yaitu padi ditargetkan surplus, jagung ditargetkan 20 juta ton. Kedelai 2,3 juta ton. Tebu 5,9 juta ton, saat ini baru 3 juta ton, dan daging sapi ditargetkan 439 juta ton. Yang membanggaan, kelima bidang prioritas tersebut semuanya bisa dikembangkan di Kabupaten Purworejo. Untuk itu ia berharap bisa dikembangkan model pengembangan kelima komoditas tersebut.

Bupati Mahsun pada kesempatan tersebut mengungkapkan bahwa  pihaknya memiliki visi misi untuk mensejahterakan masyarakat. Untuk mencapai hal tersebut diantaranya ditempuh melalui sekala prioritas pembangunan di lima bidang, diantaranya pembangunan bidang pertanian dalam arti luas. “Dengan demikian berarti program Pemerintah Propinsi Jawa Tengah sinergi dengan program pembangunan di Purworejo,” katanya.

Dijelaskankan, bidang pertanian mendapat skala prioritas dengan beberapa alasan. Pertama mayoritas masyarakat Purworejo bekerja sebagai petani. Kedua tanah di Purworejo paling cocok untuk lahan pertanian. Ketiga, menghadapi perdagangan bebas, produksi pertanian paling tidak siap bersaing di pasaran bebas.

Untuk memenuhi kebutuhan pangan di Purworejo yang jumlah penduduknya mencapai 750 ribu jiwa lebih, masalah yang muncul adalah jumlah penduduk semakin bertambah, sementara lahan pertanian semakin sempit. Banyak lahan pertanian yang beralih fungsi. Menghadapi kondisi yang demikian, ia mengaku dihadapkan pada masalah yang sulit. Satu sisi ingin mengembangkan produksi pertanian, disisi lain masyarakat butuh lahan untuk tempat tinggal.

Untuk menjawab persoalan tersebut, pemerintah pusat telah mencanangkan melalui program keanekaragaman makanan dan modernisasi pertanian. Untuk keanekaragaman makanan, masyarakat Purworejo dinilai belum siap. Kebiasan makan nasi, belum bisa ditinggalkan. “Yang bisa ditempuh melalui modernisasi pertanian seperti kegiatan yang kita laksanakan ini,” ujarnya.

Jelang Lebaran Harga Sembako Belum Naik


Bupati Purworejo melakukan inspeksi sembilan bahan pokok makanan di pasar Baledono, Rabu (8/8). Didampingi Sekda Purworejo Drs Tri Handoyo MM, Plh. Assisten II Sekda Ir Jumali, Ka Dinas Perindagkop Dra  Suhartini, Kabag Perekonomian Drs  Sriyono dan Kabag Humas  Drs Joko Saptono, Bupati mengunjungi para pedagang di Pasar Baledono sekaligus mengecek harga-harga kebutuhan masyarakat selama bulan puasa menjelang lebaran.

Dari pantauan itu diketahui untuk harga daging sapi belum mengalami kenaikan yaitu Rp.70.000/Kg. Untuk Ayam potong juga belum mengalami kenaikan yaitu Rp.25.000/Kg. Sedangkan harga ikan seperti ikan bawal mencapai Rp.16.000 sampai Rp.17.000/Kg.  ”Harga daging sapi, kerbau dan ayam potong biasanya menjelang lebaran H-3 biasanya pasti naik,” kata Atik (40 tahun) salah seorang pedagang daging di los daging pasar  Baledono.

Namun udang justru mengalami kenaikan yang cukup tinggi yaitu dari harga Rp.40.000/Kg, kini menjadi Rp.70.000/Kg. Kenaikan ini dikarenakan tergantung dari kondisi cuaca.
Harga sayur mayur seperti wortel, tomat dan kembang kol juga belum naik. Harga wortel dan tomat  per kilo masih Rp.5000-6000/Kg. Kembang kol Rp.8000/Kg. Untuk harga cabe juga belum mengalami kenaikan per kilo mencapai Rp.14.000, telur Rp.14.500, sedangkan bawang putih dan bawang merah justru mengalami penurunan.

Untuk harga beras juga belum mengalami kenaikan, bahkan cenderung menurun. Hal ini dikarenakan disamping sudah mulai panen, turunnya harga juga dikarenakan adanya Raskin. Untuk jenis rojo lele mencapai Rp.9000/Kg.
Bupati juga mengecek harga kedele di kios milik Rohmah (32 tahun), dimana harga kedele impor per kilonya Rp.7.500. Untuk kedele lokal mencapai Rp.7.700/Kg, namun sampai sekarang kedele lokal masih hilang dari pasaran.

Bupati Purworejo Drs H Mahsun Zain MAg dalam keterangannya menyampaikan, sampai sekarang dan jelang lebaran masyarakat tidak perlu kawatir karena stok kebutuhan bahan makanan di Purworejo masih cukup  banyak. Termasuk  harga kedelai juga turun, dikarenakan sudah ada stok kedele di gudang Grantung yang cukup.
”Kita perkirakan kebutuhan untuk bulan puasa sampai lebaran nanti stok pangan masih cukup. Kalau nanti ada kenaikan harga itu hanya sentimen pasar,” imbuhnya.

Selasa, 07 Agustus 2012

Kedelai Gonjang Ganjing, Pengrajin Tahu Di Purworejo Tetap Exis


Kelangkaan kedelai yang terjadi akhir-akhir ini ternyata tidak begitu berpengaruh terhadap para pengrajin tahu dan tempe di Kabupaten Puworejo. Para pengrajin tahu dan tempe tetap memproduksi seperti hari-hari biasa tanpa kesulitan memperoleh bahan baku.

Bahkan mendekati Hari Raya Ifdul Fitri ini permintann pasar justru semakin meningkat. Salah satu pengrajin tahu yang tetap eksis adalah Amat Fajar (40), warga Desa Grantung RT 01 RW 02, Kecamatan Bayan, Kabupaten Purworejo. Amat Fajar yang memulai usaha pembuatan tahu sejak 1990 ini mengaku tidak terganggu dengan adanya kelangkaan kedelai di berbagai daerah. “Buktinya sampai sekarang saya masih tetap memproduksi dan tidak ada masalah dengan kedelai,” katanya.

Menurut Amat, rata-rata per hari usahanya mampu menghabiskan satu kwintal lebih kedelai. Bahan baku tersebut dia peroleh dari toko-toko yang menjual kedelai di wilayah Purworejo. Sedang jenis tahu yang diproduksi adalah tahu sayur dan tahu pong. Untuk pemasaran, kata Amat Fajar, dirinya memasarkan sendiri di Pasar pagi Suronegaran dengan dibantu istrinya.
Disamping itu banyak juga para penjual asongan yang mengambil langsung di rumahnya. Penjual asongan ini biasanya hanya mengambil tahu pong saja kemudian dijual di stasiun dan terminal. Menurut Amat, menyikapi kenaikan harga kedelai yang terus merangkak naik. Dirinya punya solusi sederhana tapi tepat sasaran.

Caranya, Amat dan istrinya meminta pendapat kepada para pelangganya terkait kenaikan harga kedelai. Artinya para pelenggan maunya bagaimana, ingin harga tetap tapi ukuran dikurangi atau harga naik tapi ukuran seperi biasanya. Nah dari hasil survei inilah kemudian disepakati harga naik tapi ukuran seperti biasa. Amat mengatakan, dalam urusan harga dirinya memang sering meminta pendapat pelangganya sehingga pada saat ada perubahan pembelinya tidak pindah ke penjual lainya.

Dikatakan, dalam menentukan harga dirinya tidak semata-mata mencari untung besar melainkan lebih pada kesinambungnnya. “ Sebagai contoh, tahu yang harganya Rp 1500 hanya menjadi Rp 1700,” ucap Amat Meski demikian Amat mengaku dari usaha perusahaan yang ditekuninya tersebut per hari bisa mendapat laba Rp 300 ribu. Saat ini perusahaan tahu milik Amat Fajar memperkerjakan sembilan orang. Dua orang tukang goreng, enam orang bagian gelintir dan satu orang bagian cetak tahu.








Senin, 06 Agustus 2012

Bupati Panen Padi SRI


Bupati Purworejo Drs H Mahsun Zain MAg melakukan panen raya padi SRI di Desa Tangkisan Kecamatan Bayan, Senin (6/8). Panen raya padi jenis Ciherang ini, merupakan bantuan sosial (bansos) kegiatan pengembangan metode SRI organik tahun 2012, dari Dirjen Prasarana dan Sarana Kementerian Pertanian.

Supardi selaku Ketua Kelompok Tani Maju Bersama desa Tangkisan, melaporkan bahwa luas lahan yang ditanami padi SRI adalah 20 hektar, dengan jumlah bantuan berupa uang sebesar Rp 43 juta. Dari luas lahan tersebut, mampu menghasilkan padi rata-rata mencapai 7,3 ton  sampai 8,7 ton gabah perhektar.

“Namun persawahan Desa Tangkisan terkendala irigasi, sehingga hanya mengandalkan mesin bor untuk mengairi sawah. Sebab irigasi dari desa Jrakah tidak pernah sampai di desa Tangkisan,”ungkapnya.

Bupati Purworejo Drs H Mahsun Zain MAg menyampaikan terima kasih kepada masyarakat Desa Tangkisan, khususnya kelompok tani yang telah berupaya untuk memakmurkan dirinya sendiri melalui peningkatan hasil pertanian. Karena dengan hasil panen yang semakin banyak, maka rakyat akan semakin sejahtera.

Menurutnya, sekarang ini lahan persawahan semakin sempit, karena banyak didirikan bangunan. Untuk itu, perlu adanya kesadaran agar tidak mendirikan bangunan di lahan persawahan. “Lahan semakin sempit, tapi jumlah penduduk yang makan nasi semakin banyak. Untuk itu, perlu adanya penganekaragaman makananan, agar kita tidak terkena krisis pangan,”katanya.

Untuk mengatasi kelangkaan sumber air, Bupati mengakui tidak mungkin hanya mengandalkan sumur bor saja. Disamping perbaikan sarana irigasi, perlu pula mengatasi masalah sumber air dengan memelihara lingkungan hidup. Terutama kawasan hutan yang menjadi sumber resapan air, serta menjaga ekosistem agar tidak rusak.

Relokasi PKL Ke Jalan Kemuning Dan Pramuka Bakal Timbulkan Persoalan Baru


Rencana pemerintah daerah untuk merelokasi pedagang kaki lima (PKL) dengan menempatkan pada kios-kios yang akan dibangun di atas ruas jalan Kemuning dan jalan Pramuka, akan menimbulkan persoalan baru, mengingat jalan adalah pra sarana lalu lintas berkendaraan. Undang-undang nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan, melarang setiap orang melakukan perbuatan yang mengakibatkan terganggungnya fungsi jalan, baik di dalam ruang manfaat jalan, ruang milik jalan maupun ruang pengawasan jalan.

Hal itu disampaikan oleh Susi Nurdiani ST, selaku juru bicara Fraksi PDI Perjuangan DPRD Kabupaten Purworejo ketika membacakan pemandangan umum fraksinya terdapat Rancangan KUA PPAS 2013, dalam rapat paripurna di gedung dewan, beberapa waktu lalu. Menurut PDI Perjuangan, penataan PKL harus memperhatikan keindahan, ketertiban, tata ruang dan tata guna lingkungan, serta memperhatikan asas kepatutan dan kehati-hatian, sehingga tidak menimbulkan permasalahan baru. “Oleh karena itu, Fraksi PDI Perjuangan berpandangan agar rencana tersebut ditinjau kembali,”katanya.

Hal senada juga diungkapkan Supardi selaku juru bicara Fraksi Amanat Bersama, yang berpandangan bahwa akar penataan PKL di jalan Kemuning dan jalan Pramuka adalah ketidakpastian penegakan hukum oleh aparat, sejak penampungan sementara pedagang yang harusnya sudah dibongkar, tapi sampai saat ini belum dibongkar juga. “Fraksi kami meminta kepada Saudara Bupati agar segera mencari solusi, misalnya dengan mencarikan lokasi yang layak untuk para PKL itu,”katanya.

Namun meski tidak sesuai aturan, atas nama kemanusiaan Fraksi ini menghimbau kepada warga penghuni jalan Kemuning dan jalan Pramuka, agar menambah kesabarannya supaya para PKL tetap berkatifitas disitu. “Sembari pemkab segera mencarikan lokasi untuk menampung mereka, jadi bukan asal diusir,”harapnya.